Pertentangan Sosial dan
Integrasi Masyarakat
Prasangka, Diskriminasi
& Enthnosentrisme
PRASANGKA,
DISKRIMINASI, DAN ETNOSENTRISME
1.
Pengertian Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka
(prejudice) diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang
bahwa sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Bahasa arab
menyebutnya “sukhudzon”. Orang, secara serta merta tanpa timbang-timbang lagi
bahwa sesuatu itu buruk. Disisi lain bahasa arab “khusnudzon” yaitu anggapan
baik terhadap sesuatu.
Prasangka
menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan. Menurut
Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif
atau negarif terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui
setelah ia bertindak atau beringkah laku. Oleh karena itu, bisa saja bahwa
sikap bertentangan dengan tingkah laku atau tindakan.
2.
Sebab-Sebab Timbulnya Prasangka dan Diskriminasi
Berlatar
belakang sejarah. Orang-orang kulit putih di Amerika Serikat berprasangka
negatif terhadap orang-orang Negro, berlatar belakang pada sejarah masa lampau,
bahwa orang-orang kulit putih sebagai tuan dan orang-orang Negro berstatus
sebagai budak.
Dilatar-belakangi
oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional. Harta kekayaan orang-orang
kaya baru, diprasangkai bahwa harta-harta itu didapat dari usaha-usaha yang
tidak halal. Antara lain dari usaha korupsi dan penyalahgunaan wewenang sebagai
pejabat dan lain sebagainya.
Perbedaan
Kepentingan
Hidup
bermasyarakat adalah hidup dengan berhubungan baik antara dihubungkan dengan
menghubungkan antara individu-individu maupun antara kelompok dan golongan.
Hidup bermasyarakat juga berarti kehidupan dinamis dimana setiap anggota satu
dan lainnya harus saling memberi dan menerima. Anggota memberi karena ia patut
untuk memberi dan anggota penerima karena ia patut untuk menerima.
Perbedaan
kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah disamping adanya persamaan
kepentingan. Bila perbedaan kepentingan itu terjadi pada kelompok-kelompok
tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama, kelompok ideologi
tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas.
Konflik
berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis,
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Konflik
bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah
siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.
Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Fase terjadinya konflik
Konflik
berasal dari kata bahasa latin con berarti bersama dan fligere yang
berarti benturan atau tabrakan. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai
suatu proses sosial di antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok)
di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Tahapan
Terjadinya Konflik
Terdapat lima tahapan
proses terjadinya konflik, yaitu:
1.
Prakonflik
Ini
merupakan periode dimana terdapat suatu ketidak sesuaian sasaran diantara dua
belah pihak atau lebih, sehingga timbullah sebuah konflik. Konflik tersembunyi
dari pandangan umum, meskipun satu pihak atau lebih mengetahui potensi
terjadinya konfrontasi.
2.
Konfrotasi
Pada
tahap ini konflik terjadi semakin terbuka. Jika hanya satu pihak yang merasa
ada masalah. Mungkin para pendukungnya mulai melakukan aksi demonstrasi atau
perilaku konfrontatif. Pertikaian atau kekerasan pada tingkat rendah lainnya
terjadi diantara kedua belah pihak. Masing–masing pihak mungkin mengumpulkan
sumber daya dan kekuatan dan mencari sekutu dengan harapan dapat meningkatkan
konfrontasi dan kekerasan.
3.
Krisis
Ini
merupakan puncak konflik, ketika ketegangan dan kekerasan terjadi paling hebat.
Dalam konflik skala besar, ini merupakan periode perang, ketika kedua belah
pihak jatuh korban dan saling membunuh. Komunikasi normal diantara kedua belah
pihak kemungkinan terputus. Pernyataan–pernyataan umum cenderung menuduh dan
menentang pihak-pihak lainnya.
4.
Akibat
Suatu
konflik pasti akan meninggalkan akibat. Satu pihak mungkin menaklukkan pihak
lain, atau mungkin melakukan gencatan senjata. Satu pihak mungkin menyerah
dengan sendirinya, atau menyerah atas desakan pihak lain. Kedua belah pihak
mungkin setuju untuk bernegosiasi dengan atau tanpa perantara. Suatu pihak yang
mempunyai otoritas atau pihak ketiga yang mungkin lebih berkuasa memaksa dua
belah pihak untuk menghentikan pertikaian.
5.
Pasca konflik
Situasi
diselesaikan dengan cara mengakhiri berbagai macam konfrontasi kekerasan,
ketegangan berkurang dan hubungan mengarah pada situasi normal diantara kedua
belah pihak. Namun isu-isu dan masalah–masalah yang timbul karena sasaran
mereka yang saling bertentangan tidak diatasi dengan baik, tahap ini sering
kembali lagi menjadi situasi prakonflik.
Pengertian Prasangka dan
Diskriminasi
Prasangka
berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek
tersebut. Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian berdasar ras seseorang
sebelum memiliki informasi yang relevan yang bisa dijadikan dasar penilaian
tersebut. Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada bidang lain selain ras.
Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak masuk akal yang tidak
terpengaruh oleh alasan rasional
Di dalam prasangka terdapat
3 kategori, yaitu:
- Prasangka kognitif,
merujuk pada apa yang dianggap benar.
- Prasangka afektif,
merujuk pada apa yang disukai dan tidak disukai.
- Prasangka konatif,
merujuk pada bagaimana kecenderungan seseorang dalam bertindak.
Diskriminasi
adalah perlakuan yang tidak adil dan tidak seimbang yang dilakukan untuk
membedakan terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya
bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras,
kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial.
Istilah
diskriminasi biasanya digunakan untuk melukiskan, suatu tindakan dari pihak
mayoritas yang dominan dalam hubungannya dengan minoritas yang lemah, sehingga
dapat dikatakan bahwa perilaku mereka itu bersifat tidak bermoral dan tidak
demokratis.
Secara
teoritis, diskriminasi dapat dilakukan melalui kebijakan untuk mengurangi,
memusnahkan, menaklukkan, memindahkan, melindungi secara legal, menciptakan
pluralisme budaya dan mengasimilasi kelompok lain.
Sebab-sebab Timbulnya
Prasangka dan Diskriminasi
Sebab terjadinya
prasangka, yaitu:
- Pengaruh Kepribadian
- Pendidikan dan Status
- Pengaruh Pendidikan Anak oleh Orangtua
- Pengaruh Kelompok
- Pengaruh Politik dan Ekonomi
Sebab terjadinya
diskriminasi, yaitu:
- Mekanisme pertahanan psikologi (projection)
- Kekecewaan
- Mengalami rasa tidak selamat dan rendah diri
- Sejarah
- Persaingan dan eksploitasi
- Corak sosialisasi
Usaha-usaha Dalam
Mengurangi Prasangka dan Diskriminasi
Cara Mengurangi Prasangka
Sosial
Terdapat beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan mencegah timbulnya prasangka, yaitu:
- Melalukan kontak langsung
- Mengajarkan pada anak untuk tidak membenci
- Mengoptimalkan peran orang tua, guru, individu dewasa yang dianggap penting oleh anak dan media massa untuk membentuk sikap menyukai atau idak menyukai melalui contoh perilaku yang ditunjukkan (reinforcement positive).
- Menyadarkan individu untuk belajar membuat perbedaan tentang individu lain, yaitu belajar mengenal dan memahami individu lain berdasarkankarakteristiknya yang unik, tidak hanya berdasarkan keanggotaan individu tersebut dalam kelompok tertentu.
Cara Mengurangi Diskriminasi
- Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan mencegah timbulnya diskriminasi, yaitu:
- Tidak memandang orang dari segi materi, pangkat, dan jabatan.
- Menghindari sifat saling merendahkan, terkadang kita sebagai manusia berpikir selalu tinggi derajatnya dibanding orang lain. Sikap ini sama saja kita sudah melakukan diskriminasi.
- Menyadari bahwa menyakiti orang lain sama saja menyakiti diri sendiri, kemudian.
- Tetap bersikap adil.
- Tidak memandang status sosial.
- Setiap individu memiliki hak yang sama.
Terjadinya konflik
Konflik
berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Proses terjadinya
konflik, yaitu:
1. Perbedaan individu,
yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap
manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan
akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab
konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu
sejalan dengan kelompoknya.
2. Perbedaan latar
belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang
sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan
menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3. Perbedaan kepentingan
antara individu atau kelompok.
Manusia
memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok
memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
4. Perubahan-perubahan
nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan
adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial.
Pengertian Etnosentrisme
Etnosentrisme
adalah penilaian terhadap kebudayaan lain atas dasar nilai dan standar budaya
sendiri Orang-orang etnosentris menilai kelompok lain relatif terhadap kelompok
atau kebudayaannya sendiri, khususnya bila berkaitan dengan bahasa, perilaku,
kebiasaan, dan agama. Perbedaan dan pembagian etnis ini mendefinisikan kekhasan
identitas budaya setiap suku bangsa. Etnosentrisme mungkin tampak atau tidak
tampak, dan meski dianggap sebagai kecenderungan alamiah dari psikologi
manusia, etnosentrisme memiliki konotasi negatif di dalam masyarakat.
Cara mengatasi konflik
Terdapat beberapa cara
dalam perihal mengatasi konflik, antara lain:
1. Prioritaskan hubungan
baik.
2. Penyebab masalah yang
terjadi bukanlah karena orang-orang.
3. Jangan menyalahkan
orang lain. Dengarkan semua pihak.
4. Dengarkan, lalu ikuti.
5. Pahami fakta yang ada
dan nyatakan masalahnya.
6. Selesaikan masalahnya
bersama.
Integrasi Nasional
Pengertian
Integrasi Nasional adalah suatu upaya untuk mempersatukan atau menggabungkan
berbagai perbedaan pada kelompok budaya atau kelompok sosial di dalam satu
wilayah sehingga membentuk suatu kesatuan yang harmonis di dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Dengan
kata lain, integrasi nasional adalah hasrat dan kesadaran untuk bersatu sebagai
satu bangsa yakni bangsa Indonesia. Integrasi bangsa dapat dilihat secara
politis dan secara antropologis.
- Pengertian Integrasi Nasional secara Politis adalah proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial di dalam kesatuan wilayah nasional yang kemudian membentuk identitas nasional.
- Pengertian Integrasi Nasional secara Antropologis adalah proses penyesuaian berbagai unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga terjadi keseresaian fungsi dalam kehidupan bermasyarakat.
Berbagai
keanekaragaman yang ada di Indonesia sudah seharusnya dipelihara dan dijaga
oleh seluruh elemen masyarakat. Jangan menjadikan perbedaan sebagai
pertentangan karena perbedaan dan keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan
dan kelebihan yang dimiliki oleh Indonesia.
Komentar
Posting Komentar